You don’t mean it.

“Believe me that actions without words is confusing too.” 

 I stand alone while my mind is fighting against itself just because i have these feelings. Sometimes i don’t really understand when they said that “Action speak louder than words”. And i don’t understand us either.

It’s confusing you know? Like you always showed me that you have feelings for me, and you always like making me feel worth it for everything, and when our eyes meet it’s like you caught me. It’s confusing, your random actions can make the butterflies in my stomach went out of nowhere. Have you realize that i’m confused? Or maybe it’s just me and my problems.

But still, if the feelings were sincere and you really love that person, you could do just both. Say the word and do it with actions because leaving someone confused to death were never be fun.

Just say the 3words then do it with your actions on how you showed them your love, make them feel like you really love them.

Mean it - Lauv, Lany.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

About us (the snow meet the moon phase)

Kita; diatas masalah namun hanya aku yang menjadi dalang.     Heran, jidatnya juga ikut mengkerut, matanya melirik dengan mantap dalam diam menyimpan banyak makian. Sebelum semuanya terjadi apa tidak mau dipikirkan dulu? Semua jadi kacau, hatinya. Sosok yang di depan jelas tidak bisa membaca batinnya. Jadi untuk apa? Pun kalau keluar dari hati memangnya dia langsung mengerti? Memangnya nanti akan tiba-tiba menjadi sukarela menyodorkan tangan dan bantuannya? Sepertinya Nirmala harus membuka matanya segera. Nirmala harus pergi, karena seiring waktu terus berjalan bantinnya selalu meraung dan air matanya terhalang. Nirmala tidak selamanya kuat, semua orang tahu tapi perempuan itu kekeh membangun tembok yang tebalnya melebihi dosa. Nirmala butuh bantuan.
Read more

Acceptance.

 “Aku tidak apa-apa, akan ku matikan rekaman ini sekarang.” Telunjuk yang semula menahan tombol play  pada voice recorder menjauh. Sepasang matanya masih menatap lekat pada tulisan di pojok kanan alat tua itu, sudah berapa lama ia merekam dirinya berbicara. Tiga puluh menit. Dalam waktu sepanjang setengah jam itu, ucapan apa saja yang sudah mengalir dari mulutnya? Apakah penuh dengan kabar gembira dan tawa atau malah sang lara yang memenuhi rekaman pada file voice recorder kali ini? Hanya ialah empunya kisah yang tahu. Malam kemarin, ia merasa bahagia. Sungguh, tidak ada yang salah dengannya hari ini mulai dari matanya terbuka karena matahari pagi yang lembut menyentuh kelopaknya, hingga sekarang. Namun, tanpa terduga, air mata meluncur melewati pipinya—tanpa alasan yang jelas. Ia marah, marah pada dirinya karena sudah jelas janji yang ia buat dengan dirinya sendiri untuk tidak menangis telah ambruk, begitu saja. Berani sekali kesedihan datang di saat semua sedang baik-baik sa...
Read more

Chance.

 “What if i’m actually use my chance to tell him everything?”  I always see him in the crowds, no matter how many people were there my eyes would always land on him. The butterflies came out again, i always happy to know that you were there around me.   We got close, we talked to each other, or maybe it just me who felt happy to get this chance. It hurts me when i realize that i didn’t brave enough to push my luck, to payed off the nine months i’ve been waiting. I’m a coward, until now we got worse to the end, we become stranger again. I’m sorry.  At the very end i will regretting this, but i need time. And when i’m ready, ill tell you everything. I promise our goodbyes is going to be a good end.
Read more